Jumat Berkah

Beberapa Masjid menyediakan sajian penganan, minuman atau bahkan nasi bungkus usai Sholat Jumat sudah berlangsung cukup lama. Sajian ini awalnya disediakan oleh ta’mir masjid yang kemudian mendorong warga juga turut menyediakan dengan istilah shodaqoh Jumat Berkah. Sedekah di Hari Jumat pahalanya berlipat ganda, demikian beberapa kitab menukilkan tentang keutamaan Jumat Berkah yang bersumber dari Hadis Nabi.

Sejak pandemi, aktivitas Jumat Berkah ini semakin marak baik yang dilakukan oleh individu-individu dengan berkeliling membagikan makan siang, atau kantor-kantor dan instansi membagikan sarapan pagi bagi orang-orang yang lewat, tukang-tukang becak atau sopir ojol yang melintas. Demikian juga yang dilakukan oleh madrasah kami MAN 1 Yogyakarta tiap Jumat pagi menyiapkan seratusan nasi bungkus aneka menu yang ludes tak lebih dalam 15 menit. Karena area depan Mansa memang cukup ramai dilewati pengendara.

Peluang meraih keutamanaan Hari Jumat ternyata cukup menggiurkan bagi ibu-ibu kompleks atau kampung yang kemudian berinisiatif menyediakan makan siang gratis bagi jamaah sholat Jumat secara lebih elegan dengan menyajikannya di atas piring seperti layaknya hajatan dengan menu yang tentu saja menggugah selera.

Kali ini aku sholat Jumat di Masjid komplek dekat rumah karena ujian semesteran telah usai sehingga bisa pulang lebih awal untuk sholat Jumat di Masjid dekat rumah. Biasanya aku sholat Jumat di madrasah sambil menikmati penampilan para siswa yang bertugas menjadi muadzin, khotib dan imam. Senang sekali menyaksikan murid-muridku yang merdu mengumandangkan adzan, terampil khotbah dengan tema-tema yang kontekstual serta fasih menjadi imam dengan bacaan yang bukan hanya sekadar surat Juzz ‘Amma. Puluhan siswa MAN 1 Yogyakarta telah menyandang gelar tahfidz 30 Juzz, lebih dari 100 siswa telah hapal di atas 6 Juzz (karena syarat ppdb jalur tahfidz adalah minimal 6 Juzz).

Masjid di kampungku sejak lama telah terbiasa menyajikan penganan maupun nasi bungkus untuk jamaah sholat Jumat yang tersedia atas nampan atau kardus dan jamaah mengambil sendiri. Tentu saja jumlahnya selalu tak sebanding dengan banyaknya jamaah. Semenjak pandemi, kegiatan itu diambil alih oleh ibu-ibu kompleks dan disajikan di atas piring. Lagi-lagi jumlah selalu tak sebanding dengan jumlah jamaah. Sehingga jamaah yang terbiasa wirid lama atau membaca surat al Kahfi usai sholat Jumat menjadi tidak kebagian.
Usia sholat Jumat semenit kemudian jamaah di depanku segera meninggalkan shaf. Seringnya aku menduduki shaf satu, hari ini ternyata aku agak terlambat meski khotib belum naik mimbar namun shaf satu sudah penuh. Aku su’udzon jamaah yang bergegas tadi ingin segera menyantap makan siang karena kalau terlambat bisa kehabisan menu. Aku jadi berpikir tradisi Jumat Berkah yang positif dan penyajian yang perfect ini bisa berdampak surutnya kebiasaan wirid usai sholat Jumat. Minimal membaca fatehah 7 kali, Annas 7 kali, alfalaq 7 kali dan al ikhlas 7 kali kemudian doa abu nawas 5 kali setidaknya membutuhkan waktu 7 menit. Seyogyanya ta’mir menyediakan jatah khusus buat yang memiliki ritual lama usai sholat Jumat.

Akhirnya sekira 20 menit usai sholat Jumat aku bangkit hendak pulang. Waktu menunjukkan setengah satu. Sejurus kemudian ta’mir Masjid mendekatiku dan menyodorkan sepiring sajian. Aku terkesiap, terbayang waktuku hanya tinggal 30 menit untuk segera bergegas ke kantor lagi karena ada rapat menjelang pembagian rapor. Refleks dengan sangat santun aku menolak uluran piring tersebut sambil meminta maaf sedalam-dalamnya. Perjalanan pulang aku gundah luar biasa. Seharusnya aku terima i’tikad baik ta’mir tersebut. Karena itu adalah jawaban atas permenunganku disela-sela dzikir tadi meski maksudnya bukan untukku. Ya Allah, ampuni aku yang tak sengaja berbuat sombong ini, Astaghfirullaahal’adziim…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *