Bagi seorang guru setiap murid memiliki kedudukan yang spesial dalam hidupnya. Setiap murid adalah pribadi yang khas, permasalahan khusus dan cita-cita yang spesifik. Dan guru dengan segala kecakapan hidupnya mencoba untuk bisa mendampingi semua itu, menunjukkan arah jalan dan menjadi telinga raksasa dengan segala empatinya. Itu adalah sisi-sisi menarik dan indahnya menjadi seorang guru. Guru mungkin tidak kaya materi dan harta benda, namun pasti kaya dengan khazanah kehidupan dan berkah zaman, insyaallah…
Jika aku menempatkan murid-muridku yang satu ini sebagai murid istimewa adalah karena fenomena kehidupan yang melatarbelakanginya. Aku menjadi CPNS guru tahun 1998 dengan penempatan di MAN Pandeglang Banten dan setahun berikutnya melanjutkan studi mengambil master pendidikan di UNY lulus 2004. Status itu membuatku tidak sempat mengenyam tugas sebagai wali kelas karena segera disibukkan dengan manajemen madrasah. Tahun 2005 mutasi ke MAN 1 Surakarta dan segera saja juga disibukkan dengan proyek pembangunan lab komputer, jaringan internet dan program boarding school, sehingga tidak sempat mengenyam tugas sebagai wali kelas. Tahun 2007 mutasi ke Wonosobo mendampingi orang tua yang mulai sepuh dan sakit-sakitan. Lagi-lagi di MAN 1 Wonosobo tidak mendapat tugas sebagai wali kelas karena disibukkan dengan pembangungan lab komputer, jaringan internet, website madrasah dan bulletin siswa “Basma” yang fenomenal.



Tiba saatnya Mas Aan lulus SD dan tidak mau melanjutkan study di Wonosobo bahkan memilih Jogja sebagai destinasi edukasinya. Berat hati kusampaikan keinginan itu kepada Bapak karena efeknya adalah aku juga harus mutasi menjadi guru di Jogja. Tahun 2009 akhirnya kami resmi menjadi warga Jogja lagi dan aku mengajar di MAN 1 Yogyakarta. Di sinilah aku akhirnya mengenyam tugas sebagai wali kelas yakni kelas X MIPA 4. Uniknya hanya satu kali saja aku mendapat tugas wali kelas yakni tahun 2017 itu dan di kelas X MIPA 4. Tahun-tahun setelahnya tidak lagi mendapat tugas sebagai wali kelas. Itulah sebabnya perjumpaanku dengan siswa MIPAT (dan juga orang tua mereka) menjadi fenomena istimewa bagiku seorang guru.
Kebetulan tepat sehari setelah lahirnya cucuku anaknya Mas Aan, kami mengadakan buka bersama. Moment yang begitu tepat menjadikan buka bersama kali ini menjadi istimewa. Sebenarnya sejak mereka lulus dari MAN 1 Yogyakarta tahun 2021, kita selalu mengadakan buka bersama sebagai manifestasi soliditas kelas MIPAT (MIPA 4). Secara sporadis kami juga sering mengadakan acara ngopi bersama pada momen-momen tertentu. Terakhir adalah moment wisuda Auzi yang berhasil menjadi sarjana pertama lulus dari Fakultas Kedokteran Umum UMY. Sebelumnya forum ngopi diwarnai kisah-kisah seputar KKN dengan segala hiruk pikuk korban KKN yang berjatuhan ( ): …). Sebelumnya lagi forum ngopi dipenuhi kisah gelora mereka yang tengah asyik menjadi mahasiswa aktivis kampus. Sebelumnya lagi ngopi-ngopi kita tentang syukuran diterima di jurusan dan PTN favorit bagi mereka yang gap year dan tentu setahun pertama pasca mereka lulus adalah waktu paling intensif buat kita ngopi-ngopi karena serunya topik seputar mereka menjadi mahasiswa baru.




Begitulah, kami selalu kaya akan topik obrolan dan itu menjadikan forum bertemu dengan tajuk ‘ngopi bareng’ adalah tagline untuk mengawali info-info di grup Whatsapp yang masih eksis sejak pertama dibuat tahun 2017 ketika mereka menjadi kelas X MIPA 4 di MAN 1 Yogyakarta dengan aku sebagai wali kelas mereka. Soliditas kami bangun dengan selalu menjembatani jika terjadi konflik dan intrik diantara mereka baik sesama murid lelaki maupun antara murid lelaki dan perempuan. Memasuki masa puber setelah terlepas dari jiwa sekolah junior (SMP) kini menjadi siswa senior tak pelak memunculkan berbagai problema. Alhamdulillah transisi itu bisa terlewati secara smooth dengan seringnya terjadi moment kebersamaan.
Kebersamaan secara intens dimulai dari forum pengajian kelas yang dilakukan sekali dalam satu semester. Kemudian wisata bersama yang kita agendakan juga sekali dalam satu semester (kami menyebutnya agenda holid kependekatan dari holiday). Disamping secara sporadis terjadi karena tragedi-tragedi tertentu seperti ketika adanya berita duka salah satu anggota keluarga otomatis kita support dalam kebersamaan demikian juga moment-moment bahagia seperti lahirnya adik baru, pernikahan keluarga dan lain-lain. Dan tentu saja buka bersama ketika Ramadhan tiba. Wisata holid kita telah menyambangi pantai-pantai Jogja mulai dari pantai paling timur (Wediombo) hingga paling barat (pantai Depok) termasuk di dalamnya snorkeling di Pantai Nglambor dan bermain kano di Pantai Drini. Dalam kelompok-kelompok kecil kami sering adakan pendakian di gunung-gunung favorit seperti Andong, Prau, Merbabu maupun Gunung Ungaran. Kalau pendakian massal yang bisa melibatkan anak-anak puteri adalah ke puncak sikunir Dieng. Holid dan momen kebersamaan tetap terbangun meski mereka naik kelas XI lalu XII dan terpisah anggota kelasnya dan bukan aku lagi sebagai wali kelas mereka; bahkan meski mereka telah pada kuliah.

Buka bersama kali ini secara tidak direncanakan menjadi ajang wisuda, dimana mereka menobatkan aku sebagai “Kakek Baru” dan menyematkan gelar ‘Eyang Oppa’ he… he… Acara buka bersama terpaksa harus berakhir pukul 21.00 karena RM Bebek Pondok Galih akan segera tutup. Namun kebersamaan kami terasa enggan untuk berpisah, sehingga beringsut ke kafe Awan Mbengi yang tak jauh dari situ sekitaran jakal km 9 hingga tengah malam. Pulang sambil membawa pertanyaan yang mengambang “Akankah kita bisa bukber lagi tahun depan?”. Tahun ini dua anak sudah lulus kuliah yakni Auzi dan Ahmadi yg kuliah di Bandung. Alika sudah lanjut S2 program fast track sambil skripsi di UGM. Beberapa sudah seminar hasil dan seminar proposal yang artinya tahun ini bakalan wisuda dan kemudian kerja atau lanjut studi yang boleh jadi jauh dari Jogja. Akankah kita bukber lagi tahun depan?
Yang jelas, kapan pun kalian kontak untuk ngopi-ngopi aku insyaallah selalu siap gaes…